Untuk postingan kali ini kita akan mencoba berwisata sebentar ke pulau tetangga yaitu pulau Sematra,, langsung ke TKP saja,,,
Van der Capellen adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Batusangkar, Sumatera Barat, Indonesia. Fort Van der Capellen juga nama
lama Batusangkar. diambil dari nama seorang jendral belanda yaitu Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen
Sejarah Benteng an der
Capellen
Benteng Van der Capellen merupakan
salah satu peninggalan benda cagar budaya di Batusangkar Kabupaten Tanah
Datar. Situs dan bangunan
benteng tersebut memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Keberadaan
Benteng Van der Capellen tidak terlepas dari peristiwa peperangan antara Kaum
Adat melawan Kaum Agama yang terjadi sekitar tahun 1821.
Hal ini terjadi karena adanya pertentangan Kaum Agama yang dipelopori oleh tiga
orang Haji yang baru kembali dari Makkah dan ingin
melakukan pemurnian ajaran agama Islam. Waktu itu
masyarakat Minangkabau telah banyak melakukan praktek
budaya sehari-hari yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, misalnya sabung ayam
, berjudi,
minum minuman keras dan sebagainnya. Namun gerakan pemurnian ajaran agama Islam
ini tidak berjalan mulus dan memperoleh tantangan dari Kaum Adat. Dalam kondisi
demikian, pertentangan antara Kaum Adat dan Kaum Agama semakin meruncing dan
konflik terbuka antara keduanya tidak dapat dihindarkan lagi. Konflik terbuka
berupa peperangan fisik antara Kaum Adat dan Kaum Agama membuat Kaum Adat
meminta bantuan Belanda yang pada waktu itu sudah berkedudukan di Padang. Pasukan Belanda dibawah pimpinan
Kolonel Raff masuk ke Tanah Datar
untuk melakukan penyarangan kepada rakyat.
Sesampai di Batusangkar, pasaukan
Belanda dipusatkan di suatu tempat yang paling tinggi di pusat kota, lebih
kurang 500 meter dari pusat kota. Pada tempat ketinggian inilah pasukan Belanda
kemudian membangun sebuah benteng yang permanen. Bangunan benteng pertahanan
yang dibangun pada tahun 1824 ini berupa bangunan yang memiliki ketebalan
dinding 75 cm dan ± 4 meter dari dinding bangunan dibuat parit dan tanggul
pertahanan yang melingkar mengelilingi bangunan. Bangunan inilah yang kemudian
diberi nama Benteng Van der Capellen, seseuai dengan nama Gubernur Jendral
Belanda pada waktu itu yaitu Godert Alexander
Gerard Philip baron van der Capellen. Dengan adanya benteng pertahanan yang
permanen dan strategis, maka secara militer dan politis memudahkan Belanda
untuk menguasai wilayah sekitar Batusangkar.
Hal ini menandakan beratnya perjuangan kolonial Belanda
di Tanah Datar sehingga harus membuat benteng.
Kesempatan demikian akhirnya bukan hanya bertujuan untuk memadamkan gerakan
Kaum Agama, tetapi sekaligus untuk menguasai secara politis kawasan Tanah Datar
dan sekitarnya. Konflik ini akhirnya berkembang menjadi Operasi Militer
Belanda. Kenyataan demikian menyadarkan Kaum adat yang semula mengizinkan
Belanda untuk masuk ke Tanah Datar. Keberadaan Belanda di Batusangkar
sampai saat meletusnya Perang Dunia II. Pada saat Jepang berhasil merebut Sumatera
Barat kemudian Belanda meniggalkan Batusangkar.
Benteng Van der Capellen kemudian dikuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) dari tahun
1943-1945. Setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dari penjajahan
Jepang, Benteng Van der Capellen kemudian dikuasai oleh Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) sampai tahun 1947. Pada waktu Agresi Belanda II, Benteng Van der Capellen
kembali dikuasai Belanda selama dua tahun, yaitu tahun 1948-1950.
Setelah Belanda meninggalkan
Batusangkar, Benteng Van der Capellen kemudian dimanfaatkan oleh PTPG yang
merupakan cikal bakal IKIP Padang sekarang Universitas negeri Padang untuk
proses belajar mengajar yang saat itu diresmikan olah Prof. M. Yamin, SH.
Pemakaian bangunan benteng untuk PTPG berlangsung sampai tahun 1955 dan pada
tahun itu juga PTPG dipindahkan ke Bukit Gombak. Benteng Van der Capellen
kemudian dijadikan sebagai markas Angkatan Perang Republik Indonesia. Pada saat
meletus peristiwa PRRI tahun 1957, Benteng Van der Capellen dikuasai oleh
Batalyon 439 Diponegoro yang kemudian diserahkan kepada POLRI pada tanggal pada
tanggal 25 Mei 1960. Oleh POLRI kemudian ditetapakan sebagai Markas Komando Resort
Kepolisian (Polres) Tanah Datar dan berlanjut hingga tahun 2000. Sejak tahun
2001, Benteng Van der Capellen dikosongkan karena Polres Tanah Datar telah
pindah ke bangunan baru yang berada di Pagaruyung. Beberapa perubahan bangunan,
antara lain atap yang semula berupa atap genteng diganti dengan atap seng pada
tahun 1974. Pada tahun 1984 dilakukan penambahan ruangan untuk serse dan
dibangun pula TK Bhayangkari. Parit yang masih ada disebelah kanan dan kiri
bangunan benteng ditimbun dan diratakan pada tahun 1986. Selain itu, ruangan
sel tahanan yang semula terdiri dari 4 ruangan, dibongkar satu sehingga tinggal
menjadi 3 ruangan. Perubahan bangunan terakhir kalinya terjadi pada tahun 1988,
yaitu berupa penambahan bangunan kantin dan bangunan untuk gudang.
Pada Tahun 2008 sebahagian dari
bangunan Benteng Van der Capellen telah direnovasi oleh Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala kemudian akan dilanjutkan pada tahun anggaran 2009, yaitu
mengembalikan ke bentuk aslinya.